Pemerintah Tiongkok telah menghabiskan $14,84 miliar untuk proyek bangunan ramah lingkungan karena lebih fokus pada pengurangan polusi bangunan.
Mereka juga menghabiskan $787 juta untuk bahan bangunan ramah lingkungan untuk proyek bangunan terbarukan yang dirancang khusus.
Pada tahun 2020, pemerintah menunjuk proyek pengadaan publik baru di enam kota yaitu Nanjing, Hangzhou, Shaoxing, Huzhou, Qingdao dan Foshan sebagai percontohan penggunaan metode konstruksi baru yang terbarukan.
Artinya, mereka akan mewajibkan kontraktor untuk menggunakan teknologi seperti prefabrikasi dan konstruksi cerdas, menurut People's Daily, surat kabar milik pemerintah Tiongkok.
Teknologi konstruksi prefabrikasi dapat secara signifikan mengurangi jumlah polusi yang dihasilkan selama konstruksi.
Teknologi seperti membangun gedung yang dapat mengisolasi panas di musim panas dan dingin di musim dingin telah meningkatkan efisiensi energi.
Misalnya, Eco-Tech Industrial Park di Harbin bertujuan untuk mengurangi emisi karbon sebesar 1.000 ton per tahun dibandingkan dengan bangunan pada umumnya dengan luas lantai yang sama.
Bahan insulasi termal untuk dinding luar bangunan proyek meliputi panel polistiren grafit dan panel insulasi termal vakum untuk mengurangi konsumsi energi.
Tahun lalu, Kantor Berita Xinhua melaporkan total luas pembangunan bangunan hijau di negara tersebut telah melebihi 6,6 miliar meter persegi.
Kementerian Perumahan dan Pembangunan Perkotaan-Pedesaan berencana untuk merumuskan rencana lima tahun untuk perencanaan lingkungan hidup perkotaan dan pedesaan untuk memastikan pembangunan ramah lingkungan.
Tiongkok adalah pasar konstruksi terbesar di dunia, dengan rata-rata 2 miliar meter persegi dibangun setiap tahunnya.
Tahun lalu, Kongres Rakyat Nasional mengatakan pihaknya bertujuan untuk mengurangi emisi karbon dioksida per unit produk domestik bruto sebesar 18 persen antara tahun 2021 dan 2025.
Waktu posting: 15 Juli-2022